Pernikahan Di Nias Termasuk Pernikahan Yang Paling Mahal Di Indonesia
Selain daerah kalimantan, aceh, suku sasak, dan lain sebagainya Nias salah satu diantaranya dimana termasuk pernikahan yang mahal di indonesia. Setiap daerah tidak bisa lepas dari tradisi dan kebudayaanya, ini karena tradisi tersebut sudah melekat pada masyarakatnya. beribu budaya yang ada di indonesia dan itu sangat berbeda-beda atau punya ciri khas tersendiri, mulai dari makanan khas, adat pernikahan, upacara pemakaman, adat pesta menyambut tamu dan lain sebagainya. Semua daerah juga punya barang yang di sebut dengan megalitik dan itu hanya dimiliki oleh daerah tertentu. Pastinya punya arti dan makna tersendiri dalam ciri khas budaya masing-masing.
Tradisi pernikahan suatu daerah menjadi kebanggaan dan kekayaan yang harus tetap dijaga agar tidak hilang karena perkembangan zaman saat ini. Pernikahan adalah persekutuan yang ekslusif seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan adalah satu komitmen antara seorang laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak seksual secara timbal balik. Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan bagi semua orang, bukan hanya orang Kristen saja, tetapi untuk semua orang.
Nah, adat pernikahan di pulau Nias ada istilah "Böwö"
Penjelasan Singkat tentang "Böwö"
Böwö adalah sebutan mahar dalam sistem adat perkawinan di Nias. Tetapi Böwö ini telah melahirkan problem baru yang tidak selalu disadari oleh masyarakat Nias sendiri. Keganjilan penerapan Böwö ini juga dirasakan oleh mereka yang pernah tinggal (berkunjung) di Pulau Nias. Dan tidak heran jika kebanyakan orang dari luar Nias yang pernah ke Pulau Nias selalu memiliki kesan: mahar, jujuran (böwö, gogoila) perkawinan Nias mahal! Oleh karenanya ketika mereka mau (baca: akan) menikah dengan gadis Nias ada semacam ketakutan, keengganan, keragu-raguan. Dan, tentu hal ini adalah kesan buruk! Ada apa dengan sistem adat perkawinan Nias? Yang salah “sistemnya” atau “masyarakat Niasnya”?
Etimologi böwö adalah hadiah, pemberian yang cuma-cuma. Sama halnya kalau kita memiliki hajatan, entah karena ada tamu atau ada pesta keluarga, dsb., lalu kita beri fanegero kepada tetangga kita (makanan, baik nasi maupun lauk-pauk yang kita makan saat hajatan itu kita beri juga kepada tetangga kita secara cuma-cuma). Ini adalah aktualisasi kepekaan untuk selalu memperhitungkan orang lain di sekitar kita, juga untuk mempererat persaudaraan. Oleh karenanya tak heran jika masyarakat Nias menyebut orang yang ringan tangan sebagai niha soböwö sibai. Jadi, arti sejati böwö mengandung dimensi aktualisasi kasih sayang orangtua kepada anaknya: bukti perhatian orangtua kepada anaknya! "kutipan dari niasonline.net"
Bowo ini malah menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang ingin melangsungkan pernikahan di Pulau Nias. "Mengapa bisa begitu?". Warga di Nias rata-rata orang tua adalah PETANI, jadi terasa berat dengan biaya yang harus disediakan pada saat pernikahan. Böwö ini di ukur dengan emas. Kemudian di perkirakan berapa ekor babi yang akan di perlukan nantinya pada acara. Biasanya bisa mencapai puluhan ekor bahkan lebih. Seekor babi pasti punya harga yang berbeda-beda tergantung berapa besarnya hewan tersebut. Böwö yang sudah diterima oleh pihak cewek itu tidak di miliki pribadinya sendiri, itu nantinya akan dibagikan kepada keluargnya semua. ada istilah, Sibaya, Ama sakhi, Ina sakhi, Gawe, dan masih banyak lagi keluarga lain yang bersangkutan. Biasanya Böwö yang diminta bisa mencapai 50 jutaan, bahkan diatas 80 juta, 100 juta, Tergantung "Bosi" dan ada juga yang melihat dari profesi seorang cewek. Putri Nias yang sudah sarjana dan sudah bekerja apalagi kalau sudah PNS, pasti nilai Böwö bisa di katakan tinggi.
Yah namanya juga cinta, apapun akan dilakukan meski dengan pengorbanan. Setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Walaupun terkadang tradisi tersebut bisa memberatkan pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan, tapi kita tetap harus menghormatinya.
Di sisi lain, hal itu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dan menjadi kekayaan budaya tersendiri.
Comments
Post a Comment